Sekolah-sekolah di ibu kota India, New Delhi, telah ditutup dan aktivitas konstruksi dihentikan karena kota tersebut dinyatakan sebagai kota paling tercemar di dunia.
Penutupan tersebut diperintahkan pada hari Jumat ketika polusi udara meningkat ke tingkat berbahaya, dan kelompok pemantau kualitas udara Swiss, IQAir, menempatkan kota di India ini pada urutan teratas dalam daftar kota-kota paling berpolusi di dunia.
Kota ini terbangun karena lapisan kabut asap beracun yang tebal, dan warga juga mengeluhkan iritasi pada mata dan tenggorokan gatal, sehingga memicu perintah untuk menutup beberapa sekolah selama dua hari.
IQAir menempatkan indeks kualitas udara (AQI) kota tersebut pada 611 dalam kategori ‘berbahaya’. Pembacaan 0-50 dianggap baik. Angka antara 400-500 tidak sehat.
“Kondisi meteorologi yang buruk, peningkatan insiden kebakaran lahan secara tiba-tiba, dan angin barat laut yang memindahkan polutan ke Delhi adalah penyebab utama lonjakan AQI secara tiba-tiba,” kata Komisi Manajemen Kualitas Udara di wilayah tersebut pada hari Kamis.
Polusi udara di New Delhi biasanya mulai memburuk pada bulan November, diperburuk oleh pembakaran tunggul tanaman di negara bagian Punjab dan Haryana, bagian dari kawasan pertanian yang berbatasan dengan New Delhi.
Kota ini juga menghasilkan banyak polusi yang diperburuk oleh emisi industri, asap knalpot kendaraan dan debu dari lokasi konstruksi, serta asap dari kebakaran rumah tangga yang menambah campuran keruh tersebut.
Pemerintah New Delhi telah mengumumkan larangan masuknya bus diesel dan mengatakan kegiatan konstruksi akan dihentikan jika situasi terus berlanjut.
Selain itu, karena kota tersebut menjadi tuan rumah pertandingan Piala Dunia kriket pada hari Senin antara Bangladesh dan Sri Lanka, dewan kriket India (BCCI) juga mengumumkan larangan pertunjukan kembang api selama sisa pertandingan turnamen tersebut.
Penurunan kualitas udara di wilayah New Delhi selama musim dingin sering kali disertai dengan lonjakan penyakit pernapasan.
Dalam sebuah wawancara dengan perak-news.com tahun lalu, Dr Randeep Guleria, seorang ahli paru dan mantan kepala Institut Ilmu Pengetahuan Medis Seluruh India (AIIMS) di New Delhi, mengatakan kualitas udara yang buruk di New Delhi merupakan masalah terutama bagi penduduk yang rentan.
“Ketika kualitas udara buruk, maka hal ini akan menginfeksi kelompok rentan – anak-anak, orang lanjut usia, dan mereka yang memiliki penyakit penyerta, penyakit pernapasan kronis, atau masalah jantung kronis. Pada anak-anak, hal ini juga dapat menyebabkan penurunan pertumbuhan paru-paru. Ketika anak tumbuh di lingkungan ini, pertumbuhan paru-parunya terhambat,” ujarnya kepada perak-news.com.